Kamis, 21 Desember 2017


PROPOSAL

INOVASI PRODUK KERAJINAN GERABAHKUTURAN
DESA PEJATEN KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN






Komang Adiputra

201621008





PROGRAM STUDI PENGKAJIAN SENI PASCA SARJANA

INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2017








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi pembuatan seni kerajinan gerabah merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia.  Manusia mulai mengenal seni kerajinan sejak dikenal tradisi bercocok tanam. Hasilnya berkisar pada bentuk-bentuk perkakas dan perlengkapan dapur seperti tungku, periuk, kendi, gentong, cobek, jambangan, dan lain-lain dalam ukuran besar maupun kecil.
Seiring dengan perkembangannya, produk seni kerajinan gerabah masih bertahan sampai sekarang, bahkan para perajin melakukan kegiatannya di setiap rumah. Gerabah sebagai hasil dari aktivitas hidup merupakan warisan nenek moyang untuk perlengkapan alat rumah tangga yang fungsinya terus berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan manusia itu sendiri. Bermula dari pembuatan benda-benda yang diciptakan manusia untuk kepentingan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Produk yang dihasilkan pun bermacam-macam mulai daribentuk yang sangat sederhana berupa peralatan rumah tangga hingga bentuk yang sangat rumit dengan muatan nilai simbolis yang sarat dengan makna sehubungan dengan fungsi spiritual.
 Gerabah tercipta sebagai salah satu usaha manusia untuk mengatasi kesulitan dalam kehidupannya terutama yang berkaitan dengan tuntutan perlunya sebuah wadah yang berfungsi praktis sebagai tempat menaruh bahan-bahan makanan, alat masak, dan lainnya. Kebudayaan yang berkembang dan dimiliki manusia umumnya disadari sebagai suatu perpaduan dari berbagai sistem yang menunjuk adanya kesinambungan dari hasil budidaya masa lalu.Dalam hal ini, telah berabad-abad tanah liat digunakan sebagai bahan yang dipakai untuk membuat wadah melalui teknik sederhana sebagai alat dan barang yang dapat dipakai sehari-hari di rumah. Selanjutnya seni kerajinan gerabah mengalami proses yang diilhami oleh kebutuhan manusia yang meningkat seiring perkembangan zaman.
Gerabah sebagai produk seni telah berkembang menjadi bentuk yang lebih indah sebagai penunjang dalam kehidupan. Di samping itu, produk yang dihasilkan terus mengalami perbaikan bentuk dengan desain baru berdasarkan pengalaman batin perajin. Karya seni yang dihasilkan adalah ungkapan jiwa yang kreatif, bukan sekedar objek melainkan sebuah hasil renungan mendalam mengenai segala sesuatu yang ada, selanjutnya nilai bentuk dalam karya tersebut merupakan cerminan dari kualitas kepandaian dan kreativitas dalam memvisualkan ide atau gagasannya (Soedarso, Sp.,2006 :129).
Salah satusentrakerajinangerabah di Bali adalahDesa Pejatenyang  terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, berada 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan dan 8 km dari Kota Tabanan. Perkembangan Desa Pejaten sebagai sentra industri seni kerajinan gerabah tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada aspek kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang berlangsung secara dinamis dan berkesinambungan. Seni kerajinan gerabah diPejaten menjadi mata pencaharian penduduk setempat, selain bertani.  Keterampilan yang diperoleh sejak lama dan turun temurun merupakan keterampilan tangan yang spesifik.
            Produksikerajinangerabah di Bali banyak berkaitan dengan pelaksanaan suatu upakara Agama Hindu misalnya sebagai tempat tirta (coblong), tempat perapian (pasepan), tempayan (paso, pane), periuk (payuk), gentong, tempat air (caratan) dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan konsep dalam pembuatan gerabah di Desa Pejaten adalah mengacu pada konsep seni tradisional.
Perkembangan dan perubahan seni kerajinan gerabah di Pejatenterus berlanjut yang bersumber dari dalam maupun dari luar komunitas perajin. Adanya kontak sosial dan kultural dengan masyarakat di luar komunitas perajin berpengaruh terhadap kemungkinan hadirnya perubahan (Kontowijoyo, 1987:12). Dalam hal ini tentu kelangsungan dan perubahan tidak terlepas pula dari keterlibatan lembaga budaya yang turut andil dalam perubahan yang terjadi.
Hasil pendataan SUCIFINDO pada tahun 2000 bahwa di desa ini terdapat 21 Industri kerajinan gerabah/ keramik dan tahun 2014 menurut pendataan UPT-PSTKP Bali jumlahnya bertambah menjadi 28 unit usaha. Beberapa dari usaha kerajinan tersebut yang terkenal di Desa Pejaten adalah CV. Tanteri Keramik dan  UD. Merta Sedana atau nama yang lebih dikenal dengan nama Gerabah Kuturan.Dua unit usaha tersebut memiliki mampu mempertahankan eksistensinya, bersaing di pasar dalam maupun luar negeri. Masing-masing memiliki ciri khas sehingga produk-produk mereka cukup digemari, Tanteri Keramik menonjolkan produk berupa keramik dengan pembakaran suhu tinggi, sedang  Kuturan menonjolkan produk-produk tradisional berupa gerabah dengan pembakaran suhu rendah.
Dalam penciptaan produk kerajinan, Gerabah Kuturan terkenal dengan mimiliki gerabah dengan bentuk khas yang lebih dikenal dengan gerabah “gaya Kuturan”. Inovasi kerajinan gerabah ini telah dilakukan sejak lama di Desa Pejaten, semenjak barang-barang gerabah telah  banyak digantikan oleh barang-barang dari bahan logam, plastik dan kaca. Inovasi bentuk gerabah bermula dari ideMangkuKuturan yang merubah bentuk jun menjadi patung.Patunginiberbentukmanusiamemvisualkanaktifitasbudaya Bali sepertibermainmusiktradisionallengkapdenganperalatannya.Menurutceritaperajinini, patungtersebutadalahhasilkreatifitaspanjang, diawalidengankebosananmerekamelihatprodukgerabahberupajun, kemudianbendatersebutdibalikdengankepalakebawah. Kemudian di atasnyaditambahbulatan / setengahlingkaran yang dipungsikansebagaikepala.Kepalakemudiandisempurnakandenganpenambahantangan, kaki, alatmusiksertadenganperlengkapanpakaian.Penampilannyasederhananamunmemilikikekhasantersendiri yang tidakdimilikiolehpatunggerabahhasilperajinlainnya di Bali.
Dengan adanya salah satu contoh inovasi tersebut, produk kerajinan gerabah Kuturan masih dapat mempertahankan eksistensinya sampai saat ini, gerabah-gerabah yang dipesan biasanya digunakan sebagai hiasan interior maunpun eksterior misalnya sebagai pelengkap taman. Pada tesis yang ditulis oleh Jayanti (2015)  yang berjudul “ Eksistensi Produk Kerajian Keramik Tanteri’s di desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan”, dinyatakan bahwa eksistensi perusahaan tidak lepas dari proses produksi dengan peran teknologi tepat guna, skill dan pengalaman perajinnya dalam menciptakan produk keramik menghasilkan produk berkualitas dan berkuantitas tinggi. Proses produksi yang menerapkan teknologi modern dilakukan dengan proses dan menajemen yang baik adalah faktor peneyebab eksisnya perusahaan. Pengaruh lingkungan seperti potensi alam dan seni budaya di Desa Pejaten serta peran pemerintah dalam mengkondisikan keramik sebagai produk kerajinan juga merupakan faktor pendukung eksisnya perusahaan tersebut.
Melihat referensi tersebut maka kajian mengenai inovasi kerajinan gerabah Kuturan yang berlokasi di Desa yang sama yaitu Pejaten, akan dikaji mengenai inovasi bentuk gerabah  yang dilakukan di industri gerabah Kuturan, estetika bentuk gerabah Kuturan, gagasan atau ide dalam inovasi bentuk produk gerabah, ide yang menjadi konsep penciptaan gerabah. Dari pemaparan diatas maka teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini adalahteori estetika bentuk, teori semiotika,teori pembentukan keramik, teori dekorasi keramik dan teori pemasaran.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana bentuk inovasi produk pada Gerabah Kuturan?
1.2.2. Bagaimana estetika bentuk produk kerajinan gerabah Kuturan setelah dilakukan inovasi ?
12.3. Apakah gagasan atau ide yang menjadi konsep dalam melakukan inovasi produk pada gerabah Kuturan ?

1.3. Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah mengenai inovasi produk kerajinan gerabah Kuturan, maka tujuan penelitian untuk mengetahui :
1.3.1.  Bentuk inovasi produk pada Gerabah Kuturan.
1.3.2. Estetika bentuk produk kerajinan gerabah Kuturan setelah dilakukan inovasi.
1.3.3. Gagasan atau ide yang menjadi konsep dalam melakukan inovasi produk pada gerabah Kuturan.

1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
            Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenenai kerajinan khususnya gerbah yang terdapat di Kabupaten Tabanan tepatnya Di Desa Pejaten, dimana kerajinan gerabah di Desa ini telah dilakoni secara turun-temurun sebagai warisan budaya bangsa yang masih dapat dipertahankan keberadaannya dengan inovasi-inovasi yang dilakukan perajinnya. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi seniman atau perajin dalam sebagai acuan dalam mengali ide agar dapat menghasilkan produk-produk yang kreatif dan inovatif.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pelaku seni, perajin atau instansi terkait seperti BTIKK, Desperindag, sehingga dapat diterapkan untuk memajukan dan mempertahankan keberadaan industri gerabah khususnya di Bali.



DAFTAR PUSTAKA

SUCOFINDO. 2000.Profil Perajin Keramik Seni di Bali. Jakarta : PT Sucifindo
Kuntowijoyo, 1987,Budaya dan Masyarakat Tiara Wacana, Yogyakarta
Soedarso Sp., 2006.Trilogi Seni: Penciptaan, Estetika, dan Kegunaan Seni, BP ISI Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar